Air Mata Alam
Ketika mentari tlah melepas selimutnya, dan jendela tlah bernafas untuk dunia, ku buka mata berharap ratapan pagi menyambutku dengan senyuman. Tapi tak pernah ku duga, tangisnya turun di balik rindangnya daun yang hiijau merona terkena coklat rantinggnya. Tubuhnya layu turun membasahi mentari pagi ini. Ku tahu dia marah padaku, kulihat tanpa senyum dia memandangku.
Ku tahu dia mulai membenciku dari dulu, tak pernah menatapku, dan tak pernah peduli denganku, entah apa yang dia pikirkan, pernahkah aku marah padanya?! Aku tak tahu. Seketika petir membelah paginya, membangkitkanku dari lamunan, dan menenggelamkanku di balik rintiknya yang ramai bak jerami yang tertumpuk di atasku. Ku mulai bertanya padanya saat dia datang mengetuk bibir jendela yang terbuka menghela nafas dunia.
“aku mohon, beri tahu aku apa salahku?”
‘kau tak tahu apa salahmu?” dia balik bertanya padaku.
“pernahkah aku menyakitimu sahabatku?” aku terus memaksanya bercerita padaku.
“aku tak ingin berbicara padamu! Kau manusia ‘kan? Dan aku tahu kau punya perasaan, tapi kenapa kau tak bisa mengerti aku sahabat? Aku yang selau menemanimu, mendengar seluruh suara hatimu, memenuhi kebutuhanmu, dan ku habiskan nafasku untukmu. Apa kau tak mengerti itu? Kau tak ingat itu?!’
Aku hanya terdiam terpaku menatap awan, Guntur yang menggelegar menggugah lamunan, sayup ku terdengar isaknya, dan dia berkata,
“aku mohon padamu, jangan sakiti aku, aku terlalu lelah memahamimu, aku telah dedikasikan hidupku untukmu, kau tahu itu, aku sakit,…….!!!!!! Aku sakit sahabat!!!!!!1 sakit,.. kau kira ku tak bisa jadi penjahat?!” aku bisa akukan iktu kalau ku mau, tapi aku mengganngap kau adaah sahabatku aku kasihan padamu, aku percaya kau bisa temaniku dan salu menjagaku, aku percaya itu. Tapi, apa yang kau lakukan padaku, kau sakiti aku, kau tenggelamkanku, kau tega membunuhku, kau tega membuatkku murka kepadamu,……?1”
“aku tak bermaksud begitu, dan aku tak pernah lakukan itu padamu,…?!”
“kau memang tak meakukannya tapi kau manusia, jadi sama saja dengan mereka.?! Mulai sekarang cukup sudah ku berteman denganmu, ku tlah lelah dan akku akan murka padamu,…….?!!!!!!!!!!!!!!!!! Slamat tinggal sahabatku,….”
Seketika itu langit membelah paginya dengan air mata, curahan hatinya bak badai saat selimutnya terbuka. Aku terkesima, tangisnya membelah dunia, ratapannya menyayatku punya perasaan. Dia menangis perlahan namun pasti, tubuhnya yang layu terkelupas kepedihan yang sayu, tersiksa oleh tangan-tangan hitam yang kejam menyiksanya menyuruhnya terbangun dari kedamaian dan kehijauannya, menuntutnya kering gersang tak berair mata, menuntutnya berdarah di balik rindangnya.
Aku tak bermaksud membunuhnya, aku tak bermaksud meyakitinya. Aku hanya,….. hanya membutuhkannya, tapi aku salah mengertinya, sehingga dia tak kuasa menahan air mata. Aku tahu sakit memang di hianati yang tersayang, namun apalah dayaku, kirannya tuhan memaafkanku dan mengembalikan hatimu tuk agi mau berteman denganku,.
Tuhan dengar doaku, aku sangat membutuhkannya, aku menyayanginya, aku mencintainya. Jangan biarkan dia pergi dan marah pada diri manusia, jadikan kedamaian dari padanya, aku mohon Tuhan, kembalikan senyumannya, kembalikan, sepoi belainya, kembalikan sejuk dan teduhnya, kembalikan kesegarannya Tuhan, kembalikan!!!!!!!!!!!!!!!!
Home »
» Cerpen Terbaru "AIR MATA ALAM"
Cerpen Terbaru "AIR MATA ALAM"
Posted by FIAN DRUVA
Posted on 11:55 AM
with No comments
0 comments:
Post a Comment